Serunya Aksi Dolanan Anak di Mataram Culture Festival 2 Malioboro Jogjakarta

Jaman sekarang ini adalah jamanya generasi menunduk. Menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Orang yang ada di dekat kita keseringa tidak di ajak ngobrol, melainkan masing masing malah asik chating dengan orang diluar sana dengan gadgetnya. 

Akhirnya bagi mereka yang tidak memiliki gadget jadi seperti di cuekin. Makanya pernah ada kasus seorang Bapak membelikan anaknya smartphone dengan uang recehan karena di paksa anaknya, kasihan kan ?

Pengaruh gadget dan internet yang semakin membahana ini juga memiliki dampak negative terhadap kehidupan seseorang, terutama anak anak. Di tempat saya pun anak anak sudah mulai pada meninggalkan permainan tradisional karena asik bermain game di smartphone. 

Nah, berangkat dari hal itulah, beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke kawasan pedestrian Malioboro Jogjakarta untuk menyaksikan acara dolanan anak (permainan anak), dimana tujuan dari permainan ini adalah melestarikan kebudayaan Jawa agar tetap lestari. Selain itu juga sebagai program revitalisasi kawasan pedestrian Malioboro Jogjakarta agar semakin banyak orang yang berkunjung ke sini.
Acara yang tergabung dalam Mataram Culture Festival 2 ini menyajikan 2 macam pertunjukan, yaitu dolanan anak tadi dan pertunjukan Mataram Art performance. Namun saya hanya menyaksikan yang pertunjukan dolanan anak saja karena dimulainya di siang siang hari. Sementara yang pementasan acaranya malam hari. Ada 7 jenis macam pertunjukan di dolanan anak ini, namun saya hanya bisa menyaksikan 4 nya saja karena sudah capek dan waktu yang sudah sore. Dan berikut di antaranya. 

Egrang dan bathok
Dulu sewaktu saya masih kecil, sekitar tahun 2001 an, saya masih sering memainkan permainan ini. Bahkan saya pernah bikin yang tingginya 3 meter. Di Malioboro kemarin, saya menyaksikan anak anak laki laki dan perempuan memainkan egrang bambu dan egrang bathok. Mereka dengan lincahnya berjalan jalan dengan masing masing egrangnya. Secara tidak semua bisa langsung memainkan egrang ini, terutama egrang bambu. Karena perlu belajar beberapa hari baru bisa menaiki alat ini dan berjalan jalan. Kalau untuk egrang bathok sih karena tidak terlalu membutuhkan keseimbangan, jadi sepertinya semua bisa menggunakan alat ini.


Lompat bambu
Lompat bambu adalah permainan menggunakan 4 buah bambu dan dimainkan minimal 5 orang. 4 orang memegang bambu dan 1 orang sebagai pemainya. Bagi yang belum terbiasa memainkan alat ini bisa kejepit. Jadi antara pemegang bambu dan pemainya (penari) harus bisa bekerja sama agar tidak salah komunikasi yang mengakibatkan terpeleset atau terjepit.


Pas kemaren di Malioboro, semua yang memainkanya perempuan dengan menggunakan pakaian adat. Menarik sekali pokonya. Seringkali saya hanya menyaksikan permainan ini di televisu. Saya kira permainan ini cuma ada dari NTB sana, eh ternyata di Jawa pun ada.

Baca juga : Pesan Hotel Dulu Sebelum Berkunjung ke 5 Pantai di Gunung Kidul Ini

Permainan ini dimulai dengan hompimpa, bagi grup yang menang, mereka akan menari, sementara yang kalah, mereka akan menggerakan bambu sambil menyanyi. Jika yang menari kakinya terjepit, maka akan gentian dengan yang kalah, begitu seterusnya. Pokonya ada keasikan tersendiri dari permainan ini. Aksi menari narinya bikin pemain tertawa tawa, apalgi saat kakinya terjepit. Mau coba, bisa ko dirumah. Bambunya pakai bambu pramuka bisa.

Lompat tali
Kalau lompat tali sih sepertinya semua sudah tau karena permainan ini mudah sekali dalam memainkanya. Jadi 2 orang bertugas memegang tali, dan 1 orang lainya melompat. Nanti jika saat melompat mengenai tali, maka DIS dan akan berganti dengan pemain yang kalah.


Ancak ancak alis
Ancak ancak alis adalah permainan tradisional yang kalau di Jawa namanya slebur. Jadi model permainan ini yaitu dua kelompok yang menyebut dirinya sebagai petani. Misal kelompok singkong dan kelompok padi.

Baca juga : Serunya bermain air di Jogja Bay Waterpark

Masing masing kepala kelompok di kepalai oleh seorang yang berbadan tinggi besar dan memiliki kekuatan yang sekiranya sama dengan kepala kelompok yang satunya lagi. Kemudian kedua tangan kepala kelompok membentuk gapura untuk dilewati anak buah masing masing sambil menyanyikan sebuah lagu.


Jika lagu selesai dimainkan, maka kedua kepala kelompok menyikep pemain yang berhenti di akhir lirik lagu dan membisiki untuk memilih kelompok petani mana yang ingin ia ikuti.

Baca juga : Menjadi manusia bersayap di Bukit Langit Giripurno

Setelah yang tertangkap memilih kelompok pilihanya, maka ia akan berdiri di barisan kelompok yang di pilih. Menang kalah dari permainan ini di tentukan oleh banyaknya anggota yang di dapat. Selain itu juga bisa dilakukan dengan Tarik tambang. Kelompok yang paling banyak mendapatkan anggota maka ia yang menang. 

Kalau di ingat ingat jadi kangen masa kecil. Dulu saya sering main egrang, gobak sodor, kebo gider, bentengan, jlumpritan atau petak umpet, kasti, lithongan, dan banyak lagi permainan lainya. Apalagi karena saat memainkan pas terang bulan, asyik banget pokonya.

Hal unik yang selalu saya kenang yaitu saat main kasti. Karena saya pernah melempar lawan dengan bola dengan lemparan yang begitu keras sampai ia menangis. Kalau sudah ada yang nangis biasanya permainan selesai.

Nah, itulah sedikit cerita tentang permainan masa kecil yang kemarin saya lihat di malioboro Jogjakarta. Selain di artikel ini, saya juga menuliskanya di artikel blog saya yang lainya, klik disini untuk membacanya. 

Posting Komentar

0 Komentar