Obat TB gratis dari pemerintah |
Dulu sewaktu saya masih tinggal di kampung, saya sering bermain di tempat teman saya, sebut saja dobig yang tak lain adalah anak paman saya alias keponakan saya, yang mana sang mama dobig itu punya penyakit batuk batuk. Si mama dobig enggan berobat ke dokter karena katanya "percuma saja, sudah sering berobat tapi belum juga sembuh, buat apa berobat lagi, tak ada gunanya" begitu katanya. Sang dokter pernah memvonis bahwa dirinya terkena penyakit paru, tapi bukan TB.
Lantas ia membiarkan saja sampai kadang batuk yang di keluarkan mengeluarkan darah. Itulah pola hidup yang kurang benar, yang membiarkan kesehatan di gerogoti oleh penyakit. Dan, karena saya adalah teman akrab dobig , saking akrabnya saya sering tidur di rumahnya, makan, minum, di rumahnya layaknya rumah sendiri.
Makan dengan piring, gelas, sendok yang pastinya sudah pernah di pakai oleh mama dobig yang terkena sakit batuk. Dan itu berlangsung lama hingga berbulan bulan, mama saya pun pernah mengingatkan "mbo ya kamu jangan makan dan minum dan tidur di rumah dobig, mamanya kan punya penyakit batuk, nanti kamu ketularan gimana ?" kata mama saya mengingatkan. Tapi saya tetap saja makan minum dan tidur di rumahnya.
Sampai akhirnya saya pergi merantau ke jakarta untuk bekerja. Dan ternyata pekerjaan saya menuntut saya untuk beradu dengan debu debu yang berterbangan yang sangat menggangu kesehatan pernafasan saya. Sampai saya pernah sakit mata karena terlalu seringnya berinteraksi dengan debu, mata saya sampai ditutup dengan lakban dan orang mengira saya habis operasi.
Dan benar saja, dua tahun saya bekerja di tempat tsb, membuat saya tidak hanya terkena sakit mata, gatal gatal di kulit pun saya alami. Dan yang lebih parah lagi, karena kecerobohan saya makan makanan yang kurang bersih, membuat saya terkena penyakit gejala maag, badan panas dingin dan akhirnya terkena sakit TB, sungguh tidak karuan rasanya.
Saat itu saya belum tau jika saya terkena TB, dan akhirnya saya pulang kampung dan berhenti bekerja karena sakit. Saya sudah berobat ke banyak dokter dan beberapa puskesmas, tetapi ujungnya malah saya menderita batuk batuk. Batuk yang saya derita sungguh berbeda dari batuk pada umumnya, yang sepertinya saya tertular mamanya dobig, juga debu debu saat saya bekerja. Bunyi batuknya tidak nggerok di tenggorokan, tapi saat keluar dahak, bunyinya seperti suara mercon, cethar cethar...begitu...aneh kan ?
Gejala lain yang sangat saya rasakan adalah berkeringat saat tidur, padahal suhu di kamar dingin. Jika selimut di buka badan terasa dingin dan jika tutup malah panas. Juga susah tidur, badan lemas, berat badan menurun dan kurang nafsu makan.
Dari dahak batuk yang saya keluarkan terdapat lendir kental seperti ingus, saya pun berobat lagi dari dokter satu kedokter lainya, tapi belum juga sembuh. Dan pada pengobatan di dokter terakhir, saya di rujuk untuk cek laboratarium di puskesmas terdekat, saya pun menurut demi kesehatan saya. Pikir saya waktu itu "ya Tuhan, enaknya jadi orang orang di luar sana yang punya badan sehat, mereka bisa kerja, makan dengan lahapnya dll" sementara saya hanya bisa tertidur lemas di tempat tidur. Hari haripun saya selalu mengenakan jaket karena rasa badan terasa dingin jika kena angin, walaupun cuaca sangat panas.
Foto rontgen saya saat terkena TB |
Saya pun berobat ke puskesmas tempat saya tinggal. Saya di minta untuk cek dahak oleh petugas laboratarium, saya di suruh untuk duduk di tempat yang panas supaya saya cepat batuk sehingga keluar dahaknya untuk di tes. Setelah di tes, saya pun di berikan hasil tes laborataruiumnya. Hasilnya sungguh mengejutkan, saya divonis terkena penyakit TB. Seakan tak percaya jika saya ternyata batuk batuk saya selama ini adalah batuk TB. Dan saat itu saya bisa menduga bahwa mama dobig terkena batuk TB.
Tau saya terkena penyakit tuberkulosis ini, saya menjadi agak malu sama tetangga tetangga saya. Anggapan masyarakat tentang penyakit TB itu buruk, saya pun menutup nutupi apa penyakit saya, keluarga pun begitu, supaya orang tidak mengucilkan saya. Tidak hanya sakit di badan, tapi jika terkena penyakit TB, orang pun jadi beranggapan lain tentang diri kita
Selanjutnya saya harus menjalani pengobatan secara teratur selama kurang lebih 6 bulan. Sungguh waktu yang lama, tetapi saya bersyukur karena penyakit TB saya adalah penyakit tahap awal, jadi pengobatanya tidak selama penyakit TB tahap lanjutan yang sampai 9 bulan, sudah gitu harus di suntik setiap hari karena kuman TB lebih kebal sehingga obatnya pun harus lebih kuat. Saya tidak mau di suntik setiap hari selama 270 kali atau 9 bulan, seperti apa rasanya, bisa bisa bocor tangan saya.
Gambar di pinjam dari http://aidstuberculosismalaria.blogspot.com |
Pengobatan pun di mulai, saya tanya ke perawat saya "Bu, berapa biaya yanga harus saya keluarkan untuk mengobati penyakit saya ini?" Beliau menjawab "jangan pikirkan soal biaya, pikirkanlah saja cara menyembuhkan penyakitmu itu, karena obat TB itu gratis dari pemerintah tanpa di bebani biaya sepeserpun".
Padahal, jika kita harus membayarnya, obat TB itu mahal sekali, harganya sampai 3 jutaan. Huss, bagaimana jika saya harus membayar, sedangakan keluarga saya ekonominya biasa biasa saja, tulang punggung keluarga saya tinggal seorang mama yang sangat menyayangi saya yang sehari hari berjualan bumbu dapur di pasar yang hasilnya tak seberapa.
Saya dan keluarga pun lega karena ternyata pemerintah sangat bijak dengan menggratiskan biaya pengobatan tuberkulosis untuk penderitanya. Selanjutnya tinggal kedisilpilnan saya meminum obat secara teratur dan tidak boleh putus. Karena jika sampai putus minum obat, hasilnya seperti saya tulis diatas, kuman tidak akan mati dan malah bisa semakin kebal. Dan pengobatanya pun semakin lama dan harus dengan obat yang lebih kuat.
Saat pengobatan pertama, saya di kasih obat yang membuat saya terasa mati badan, jari saya tak kuat untuk di gerakan sampai sampai mama saya menangisi saya karena kasihan, lalu beliau membujuk saya untuk di opname, tetapi saya tidak mau. Saya sudah tahu ini adalah reaksi obat dan dokterpun sudah memberi tahu saya sebelumnya.
6 bulan pun berjalan, saya teratur meminum obat yang di berikan oleh perawat saya tanpa putus. Saya di anjurkan untuk selalu menjaga kesehatan dengan terbiasa hidup bersih lingkungan, makan dan minum yang bersih secara teratur. Juga tidak lupa untuk selalu membersihkan kamar tidur, ventilasi terbuka dan membiarkan sinar matahari dan udara masuk ke kamar saya. Sampai sampai saya mencuci prabotan dapur saya dengan membilasnya dengan air mendidih, saya tidak mau jika saudara saya tertular kuman penyakit saya. Saya juga selalu mengenakan masker supaya saat saya batuk tidak menularkan ke orang lain terutama orang serumah saya.
Sungguh saat itu adalah saat yang sangat tidak mengenakan, orang orang di luar sana berlalu lalang kesana kemari dengan senangnya, sementara saya hanya bisa terbaring lemas di atas tempat tidur.
Sampai di akhir pengobatan dengan waktu kurang lebih 6 bulan, saya di haruskan untuk periksa dahak untuk mengecek apakah masih ada kuman tuberkulosis atau tidak, kalau tidak salah sampai dua kali pengecekan, saya lupa. Dan ternyata saya hasilnya sangat membahagiakan, saya sembuh. Saya senang sekali rasanya, tetapi saya tetap harus di anjurkan untuk menjaga kesehatan saya. Jangan sampai saya terkena lagi penyakit mematikan ini.
Biarpun pengobatan TB itu gratis, kita tetap tidak boleh menyepelekan kesehatan kita. Jika orang bilang bilang sehat itu mahal harganya, mungkin dengan selalu waspada dengan menjalani pola hidup sehat, kesehatan itu jadi murah sekali harganya, bahkan gratis. Justru kalau sudah sakit malah mahal harganya.
Gambar di pinjam dari http://houseofnurse.wordpress.com/2013/03/26/tuberculosis-di-indonesia/ |
Ayo stop TB dari sekarang
Sekali lagi, biarpun obat TB itu gratis,kita tetap tidak boleh menggampangkan dan menyepelekan, biasakanlah menjalani pola hidup sehat. Cegah penyakit TB dengan cara :
1 Olahraga teratur
2 Makan makanan yang bersih, bergizi, secara teratur 3 x sehari
3 Jaga lingkungan agar tetap bersih
4 Hindari penderita TB di sekitar Anda
5 Rutin cek kesehatan untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan tubuh kita
6 Istirahat cukup
7 Hindari stress, usahakan agar hati dan pikiran selalu tenang.
8 Jika sudah terlihat gejala TB, segera periksakan ke dokter atau pusat layanan kesehatan terdekat supaya penyakit lebih cepat diatasi.
1 Olahraga teratur
2 Makan makanan yang bersih, bergizi, secara teratur 3 x sehari
3 Jaga lingkungan agar tetap bersih
4 Hindari penderita TB di sekitar Anda
5 Rutin cek kesehatan untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan tubuh kita
6 Istirahat cukup
7 Hindari stress, usahakan agar hati dan pikiran selalu tenang.
8 Jika sudah terlihat gejala TB, segera periksakan ke dokter atau pusat layanan kesehatan terdekat supaya penyakit lebih cepat diatasi.
"Dan Jangan takut biaya mahal, karena obat TB itu gratis"
Akhir kata, jangan pernah menyepelekan masalah kesehatan Anda, lebih baik mencegah dari mengobati. Biasakanlah menjalanai pola hidup bersih dan sehat agat terbebas dari penyakit TB. Dan semoga Anda bisa belajar dari pengalaman saya.
Artikel ini di ikut sertakan dalam kontes blog TB yang di adakan oleh kementrian kesehatan Republik Indonesia yang bekerja sama dengan KNCV dalam rangka memperingati hari TB sedunia yang jatuh setiap tanggal 24 maret yang bertujuan untuk mengkampanyekan indonesia bebas TB.
Artikel ini di ikut sertakan dalam kontes blog TB yang di adakan oleh kementrian kesehatan Republik Indonesia yang bekerja sama dengan KNCV dalam rangka memperingati hari TB sedunia yang jatuh setiap tanggal 24 maret yang bertujuan untuk mengkampanyekan indonesia bebas TB.
---------------------------------------------------0-------------------------------------------------
0 Komentar
Budayakan berkomentar dengan baik dan sopan :)