Kreatif, Produktif, dan Inspiratif, Inilah Proklim Langgongsari Banyumas

Walaupun hanya kampung sederhana, namun menyimpan banyak potensi karena masyarakatnya yang kreatif dan produktif.

Proklim Langgongsari Banyumas. Dusun Bulakan Asri Desa Langgongsari Kecamatan Cilongok Kabupten Banyumas Jawa Tengah. Dokumentasi Pribadi 

Beberapa hari yang lalu saya sempat dibuat kagum saat melakukan peliputan di KBA (Kampung Berseri Astra) Proklim Langgongsari Banyumas. Bagaimana tidak, walaupun kampung ini terbilang sederhana, namun ada banyak hal yang begitu menginspirasi untuk melakukan perubahan lingkungan saya di rumah ke arah yang lebih baik. 

-------------------------------------

Hari minggu, 23 Desember 2018, adalah hari yang amat membuat saya deg degan. Pasalnya saya harus mewawancari seseorang layaknya seorang wartawan. Padahal saya hanya seorang blogger yang belum pernah melakukan ini sebelumnya, dan inilah pertama kali saya melakukanya.

Dari rumah saya di Kebumen, saya berangkat subuh dengan persiapan segala sesuatunya, seperti kamera dan powerbank agar tidak kehabisan daya saat meliput. 

Sampai di Banyumas pukul 08.00 pagi. Saya pun mencari alamat Mas Tofik selaku pengelola KBA ini. Proklim Langgongsari yang terletak di Banyumas Jawa Tengah ini merupakan program CSR (Corporate Social Responsibility) dari PT. Pamapersada Nusantara yang merupakan member atau tangan kanan dari Astra. 

Setelah tanya tanya kepada seorang warga, saya pun sampai di rumah Mas Tofik yang ternyata tepat berada di depan saya berdiri. “Mau cari Pak Tofik ya Mas, ini rumahnya” sahut seorang perempuan yang ternyata adalah istri dari Mas Tofik. “Iya bener Mbak, saya mau ketemu untuk wawancara” jawab saya. 

Kemudian saya pun dipersilahkan masuk sambil menunggu Mas Tofik yang sedang keluar rumah. Saat saya sedang duduk di ruang tamunya, saya melihat ada beberapa bungkus kopi yang ternyata itu adalah kopi hasil pemikiran cerdas Mas Tofik sendiri. Kopi ini adalah produk kreatif dari Desa Langgongsari atas dukungan Astra. 

Tak berselang lama Mas Tofik pun pulang. “Mas Amir ya ?” tanya Mas Tofik. “Iya Mas” jawab saya. Tadinya saya mau panggil Pak, tapi karena masih muda maka saya panggil Mas Tofik saja.

Di ruang tamunya, saya pun banyak mengajukan pertanyaan. Dan langsung saja, berikut inti dari apa yang saya dapat di Proklim Langgongsari Banyumas yang terletak di Dusun Bulakan Asri, Desa Langgongsari, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Review ini saya buat sejujur jujurnya seperti apa yang ada di lapangan. 

Proklim Langgongsari yang Kreatif, Produktif, dan Inspiratif

Kopi

Seperti diatas saya tuliskan, saat saya duduk di ruang tamunya, di meja dekat saya berjejer beberapa kopi dengan nama Kopi Iklim hasil pemikiran dari Mas Tofik sendiri. Awal mula kopi robusta ini dibuat yaitu karena Mas Tofik sendiri melihat potensi kopi saat ini yang banyak di gemari remaja. 

Awalnya (7 bulan yang lalu), Beliau membuat kopi dengan merk kampungnya sendiri, yaitu Kopi Langgongsari. Dan baru 13 Desember kemarin, Kopi Iklim ini di luncurkan.  

Kopi Iklim, produk kebanggaan Desa hasil pemikiran Mas Tofik yang di dukung oleh Astra melalui PT. Pamapersada Nusantara (Dokumentasi Pribadi)
Menurut Beliau, kopi merupakan simbol gaya hidup. Kita bisa lihat fenomena saat ini dimana banyak kedai atau café kopi banyak dikunjungi para remaja dan anak muda. Mereka melakukanya untuk sekedar nongkrong. Atau bagi para millenial freelance seperti blogger, youtuber, influencer, bekerja di kedai atau kafe kopi merupakan kenikmatan dan gengsi tersendiri karena kesanya lebih hits dan keren. 

Menikmati secangkir kopi late dengan toping bergambar bunga merupakan kebanggaan tersendiri bagi anak muda walaupun harga satu gelas kopi lebih mahal dari kopi biasa. Jika kopi biasa paling mahal mungkin hanya Rp 5.000,-, kopi late dijual antara Rp 20.000,- sampai 50.000,- per gelas. Dan potensi inilah yang ditangkap dan dikembangkan oleh Mas Tofik karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. 

Di tambah warga yang semakin abai dengan tanaman kopi di kebun-kebun miliknya, Mas Tofik justru ingin mengangkat potensi kopi karena dianggap tanaman remeh yang dibiarkan liar dan tak terawat. “Sekarang saya dan teman teman remaja lagi mengangkat kopi untuk nilai ekonomis dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga tujuanya” ungkap Mas Tofik. 

Karena selalu berkutat dengan kopi, pihak Astra pun mengetahui dan akhirnya dibuatlah Kopi Iklim ini dengan bungkus hitam dan label desain berwarna putih bergambarkan kopi dan logo dari kedua perusahaan tersebut, PT. Pamapersada Nusantara dan Astra (Satu Indonesia). Dan dari Astra sendiri membantu produksi dan pemasaran. 

Hingga saat ini sudah banyak bungkus kopi di produksi. Jadi dengan adanya kopi Iklim ini, Desa Langgongsari memiliki produk kebanggan yang potensif dan prospektif. 

Menurut penuturan Beliau, kopi ini ditujukan bukan cuma untuk bisnis, melainkan lebih ke  pemberdayaan masyarakat. Dengan begitu, diharapkan dari kopi ini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Langgongsari itu sendiri.

Kopi Iklim yang saya beli dan di seduh dirumah (Dokumentasi Pribadi)
Oiya, satu bungkus Kopi Iklim dengan berat 200 gram dijual dengan harga Rp 50.000,-. Sebagai bentuk apresiasi agar usaha ini terus maju, maka saya pun membelinya untuk sekedar oleh oleh di rumah. Usaha kopi ini juga bekerjasama dengan kafe, sehingga lebih terbantu soal pemasaran biarpun mungkin baru sedikit.

Pupuk cair

Selain kopi, Proklim Langgongsari juga memproduksi pupuk cair. Biarpun ini adalah pupuk yang dibuat dari sisa sisa makanan dan sampah sampah, namun uniknya pupuk ini tidak berbau. “Pupuk ini ndak bau lho Mas, coba deh” ujar Mas Tofik sembari mengunjukan ke saya pupuk cair tersebut. Dan memang tidak bau. Dan ini bukan pupuk kimia. Jadi lebih aman dan sehat untuk tanaman. 

Pupuk ini memiliki warna berbeda, ada yang kuning mirip minyak goreng ada juga yang hitam. Untuk yang kuning ini tidak bau, sementara yang hitam saya belum tau karena cuma melihatnya saja. 

Pupuk cair 1 untuk buah-buahan (Dokumentasi Pribadi). Pupuk cair 2 untuk sayuran (Dokumentasi Mas Taufik).

Pupuk ini lumayan laris di beli oleh warga. 1 botol air mineral tanggung berukuran setengah liter diberi harga Rp 15.000,-. Pupuk ini bukan hanya untuk sayuran, tapi untuk buah buahan juga dan dibuat sendiri sendiri. Jadi untuk sayuran ada pupuknya sendiri, begitu juga dengan buah-buahan. 

Pupuk ini dibuat melalui sebuah alat bernama komposter. Komposter ini merupakan bantuan dari Astra. Sisa sisa makanan dan sampah basah bisa dimasukan kedalam komposter, kemudian di tambahkan bakteri pengurai bernama E5.

Komposter berisi sampah basah dan sisa sisa makanan untuk membuat pupuk cair. Di bagian bawahnya terdapat selang untuk mengalirkan pupuk cairnya. (Dokumentasi pribadi)
Setelah sekitar 2 mingguan, pupuk cair akan diambil melalui sebuah selang yang terletak dibagian bawah komposter. Menurut Mas Tofik, pupuk ini lumayan efektif juga untuk tanaman, sehingga banyak dibeli warga. 

Selain untuk membuat pupuk cair, sisa sisa makanan juga dibuat gas atau bio gas. Saya yang melihat sendiri pun takjub pas melihat sebuah kompor menyala dengan bahan bakar sampah seperti ini. Nyala apinya biru dan tidak ada resiko meledak seperti tabung gas. 

Nyala biru api dari kompor bio gas berbahan bakar sampah di bank sampah Proklim Langgongsari. (Dokumentasi Pribadi)
Alat komposter ini bentuknya besar, mungkin sekitar 3 x 2 meter dan terdapat banyak selang di badan komposter bio gas ini. Dengan alat ini, banyak sekali sampah di area Proklim Langgongsari yang bisa di ubah ke gas. Dengan begitu, lingkungan pun lebih bersih karena sampah tidak menumpuk di TPA.

Komposter besar untuk menghasilkan bio gas (Dokumentasi Pribadi)
Dan memang lingkungannya lumayan agak bersihan. Karena saya banyak menemui tong tong sampah organik yang merupakan bantuan Astra untuk menampung sampah sampah ini. 

Kerajinan dari bungkus kopi

Proklim Langgongsari memang kreatif. Selain kopi dan pupuk cair, ada juga kreativitas berupa kerajinan yang terbuat dari bungkus kopi. Dimana bungkus kopi merupakan sampah plastik yang sulit terurai bahkan sampai 100 tahun. Dan oleh Proklim Langgongsari dimanfaatkan untuk membuat kerajinan. 

Produknya berupa tas, tikar, sajadah, bunga plastik, vas bunga, dan lain sebagainya. Dan ini artinya pula dengan kerajinan ini, turut menyumbang kebersihan di lingkunga Proklim Langgongsari. 

Kerajinan dari bungkus kopi bernilai ekonomis yang dilakukan oleh warga Bulakan Asri (Dokumentasi Mas Taufik)
Yang menarik dari kerajinan ini adalah produk produknya langsung laku terjual. “Produk kerajinannya tidak ada ya Mas?” tanya saya “Tidak Mas karena begitu jadi langsung di bawa” jawab Mas Tofik.  Dan mungkin karena unik, kerajinan dari bungkus kopi ini selalu habis di beli. Saat saya berkunjung kesana, saya tidak bisa menjumpainya karena memang sudah habis terjual. 

Bank Sampah untuk Lingkungan Lebih Bersih

Di Proklim Langgongsari juga terdapat Bank sampah. Sampah sampah yang terkumpul merupakan sampah yang bisa dijual kembali. Setiap tiga rumah memiliki tong sampah untuk menaruh sampah sampah yang masih bisa dijual. Seperti botol air mineral, beling, plastik, dan lain sebagainya. 

Dua orang pemuda yang sedang mengambil sampah dari tong sampah untuk di bawa ke Bank sampah (Dokumentasi Pribadi)
Setiap warga yang menyetor ke Bank sampah akan mendapatkan buku tabungan. Uang hasil penjualan bisa diambil langsung atau di tabung. Tergantung dari si penabung. Dengan begini, warga jadi semangat mengumpulkan sampah hingga terciptalah kebersihan lingkungan.

Untuk selanjutnya sampah sampah ini akan dibeli oleh pengepul. Sementara sampah yang memang tidak bisa digunakan akan dibuang ke TPA. Sehingga tidak terlalu banyak sampah yang berakhir di TPA karena sebagian dimanfaatkan. 

Bank sampah di Proklim Langgongsari (Dokumentasi Pribadi)

Sampah sampah yang terkumpul dan sudah di pilah pilah untuk kemudian di ambil oleh pengepul (Dokumentasi Pribadi)

“Ini memang ada pengepulnya ya Mas?” tanya saya “Iya, jadi nanti sampah sampah sampah ini dibeli oleh pengepul, sementara yang sudah tidak bisa digunakan akan berakhir di TPA” jawabnya.

Untuk taman baca anak, anak anak yang ingin membaca buku juga diharuskan membawa sampah agar bisa membaca buku. Dan agar setiap anak tetap bisa rutin membaca buku, seorang anak harus menjadi nasabah bank sampah. Artinya, mereka harus membawa sampah saat akan membaca di taman baca anak ini.

Dengan taman baca anak ini, anak jadi terdidik secara sekaligus. Pertama belajar untuk hidup bersih, kedua mendapat ilmu dari membaca buku. Dari situ, diharapakan lahirlah kesadaran untuk menjalani pola hidup sehat dan cerdas. 

Taman baca anak. Untuk bisa membaca seorang anak harus membawa sampah atau menjadi nasabah bank sampah (Dokumentasi Pribadi)
Saat saya masuk ke Bank sampahnya, memang terdapat banyak sekali sampah. Sebagian sudah di pilah-pilah karena akan diambil oleh pengepul. Dengan adanya Bank sampah ini, lingkungan pun jadi lebih bersih. 

Pemanfaatan Pekarangan Rumah

Astra memberikan banyak bantuan bibit tanaman untuk pemanfaatan pekarangan warga. Seperti tomat, kangkung darat, terong, selada, rambutan, jeruk, matoa, dan lain sebagianya. Dan menurut Mas Tofik, tanaman tanaman tersebut sudah banyak berbuah untuk kebutuhan dapur warga sehari hari. “Tanaman tanamanya sudah banyak yang berbuah” ungkap Mas Tofik.

Tanaman dalam pot di depan rumah Mas Tofik. Terdapat pohon anggur dan sudah berbuah (Dokumentasi Pribadi)
Kalau saya lihat milik Mas Tofik, di halaman rumahnya banyak terdapat tanaman-tanaman, bahkan saya melihat ada anggur pot yang sudah berbuah. Di halaman rumah-rumah warga pun saya lihat banyak juga yang menanam sayur-sayuran, buah-buahan dan juga bunga, sehingga mendatangkan manfaat dan menambah asri halaman rumah. 

Tanaman tanaman di depan rumah warga untuk menambah asri suasana kampung (Dokumentasi Pribadi)

Tanaman Seledri yang di tanam disalah satu rumah warga (Dokumentasi Pribadi)
Tanaman terong dan ketimun yang di tanam disalah satu rumah warga (Dokumentasi Pribadi)
Tanaman strawberry yang di tanam disalah satu rumah warga dan sudah berbuah, pernah panen juga (Dokumentasi Pribadi)
Tanaman kangkung darat yang di tanam disalah satu rumah warga (Dokumentasi Pribadi)
Tanaman cabe rawit yang di tanam disalah satu rumah warga (Dokumentasi Pribadi)

Yang paling menarik adalah saat saya melihat pembuatan bibit cabai hias. "Kalau yang ini paling laris Mas" ungkap Mas Tofik sambil menunjukan bungkus benih cabe hias.

Proses pembuatan bibit tanaman cabe hias oleh salah satu warga (Dokumentasi Pribadi)
Bibit tanaman cabe hias unggulan bernilai ekonomis tinggi (Dokumentasi Pribadi)

Untuk soal sawah, pihak proklim menyewanya dari warga untuk mendukung perkembangan proklim itu sendiri. Dan yang paling bikin saya terkesan adalah soal pemupukanya yang menggunakan bahan alami, yaitu dari buah maja dan juga bonggol pisang yang di rajang halus. Entah bagaimana cara mengolahnya, tapi kalau saya lihat tanaman padinya cukup subur juga. 

Sawah yang di kelola Proklim Langgongsari yang di pupuk dengan pupuk alami dari buah maja dan bonggol pohon pisang (Dokumentasi Pribadi)
Nah, itulah cerita tentang pengalaman saya saat berkunjung ke Proklim Langgongsari Banyumas. Dari cerita diatas, saya cukup mendapatkan beberapa inspirasi. Terutama untuk produk kopi dan pupuk cair. 

Kopi ditempat saya juga hampir sama keadaanya dengan dengan di Proklim Langgongsari. Dimana banyak warganya yang abai padahal ini peluang bagus untuk dijadikan produk desa. Karena di desa saya tidak ada produk satupun yang menjadi kebanggaan masyarakat. Jika saya terapkan dirumah, mungkin desa saya akan lebih dikenal dan potensi meningkatnya ekonomi masyarakat pun bisa terangkat naik. 

Sedangkan untuk pupuk cair, pupuk cair sangat mendukung untuk gaya hidup bersih dan sehat. Dimana sampah rumah tangga yang seringkali menumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap serta sumber penyakit, bisa disulap menjadi pupuk cair yang sangat bermanfaat untuk kesuburan tanaman dan buah, selain bisa untuk dijual. 

Proklim Langgongsari memang kampung yang cukup sederhana. Bisa dibilang tidak ada yang terlalu di istimewakan biarpun sudah tersentuh KBA ini. Saya juga tidak mau melebih lebihkan karena memang begitulah adanya.

Namun yang membuat saya terkesan adalah walaupun dipermukaan tidak terlihat, tapi dibelakang program ini konsisten berjalan. Terlebih dikelola oleh Mas Tofik yang memang latarbelakangnya dari pertanian. 

Tapi walaupun sederhana, Proklim Langgongsari mampu membuahkan karyanya lewat produknya yaitu Kopi Iklim, pupuk cair, dan kreasi kerajinan, dan lain sebagainya seperti diatas saya tuliskan. Dari pembahasan diatas pula, bisa disimpulkan bahwa Proklim Langgongsari juga telah memenuhi 4 pilar yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan dan Kewirausahaan.

Untuk Anda yang penasaran, bisa kunjungi Proklim Langgongsari Banyumas yang beralamat di Dusun Bulakan Asri, Desa Langgongsari Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Dan jangan lupa beli oleh olehnya untuk keluarga di rumah hihihi. Untuk selengkapnya tentang Kampung Berseri Astra, bisa dilihat di website Astra di alamat www.satu-indonesia.com

Foto terakhir, Berselfie dengan Mas Tofik, pengelola Proklim Langgongsari Cilongok Banyumas (Dokumentasi Pribadi)

Posting Komentar

31 Komentar

  1. Wah, kita liputan di tempat yang sama Mas. Aku kesana awal Desember.
    Proklim Bulakan Asri ini patut dicontoh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, inspiratif pokonya. Saya kesini akhir desember kemarin

      Hapus
  2. Jiannnnn mantab nan kang, sukses yo kang

    BalasHapus
  3. Wah ada kopi, tahu gitu nitip Mas. Aku penggemar kopi banget je. Hebat itu Mas bisa bikin pupuk alami dari buah maja dan bonggol pohon pisang. Kalau banyak pupuk organik, kualitas tanah jadi semakin bagus ya. Keren juga bungkus kopi bisa dibuat kerajinan lucu-lucu. Jadi pengin ke Banyumas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas, kopi ini merupakan produk kebanggan Desa Langgongsari berkat karya Mas Taufik, semoga makin lancar ke depanya. Silahkan Mas jika ingin berkunjung :)

      Hapus
  4. Jalannya itu bersih dah, sampah-sampahnya juga dibikin kerajinan. Semoga kampung-kampung lain juga tertular ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga Mas, kedepan akan semakin baik dan bisa mengispirasi kampung kampung lainya

      Hapus
  5. salut sama usaha mas amir sampai mewawancari narasumber.. setiap kampung astra ini punya ciri yang menarik sesuai pilarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagi saya itu pengalaman luarbiasa Koh, karena saya jarang keluar keluar :)

      Hapus
  6. Kopinya dijual online nggak, Mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin kedepan iya Mas, karena baru launching 13 Desember kemarin

      Hapus
  7. Pupuk alami untuk tumbuh alami. Keren banget KBA yang satu ini ya, Mas. Terima kasih juga untuk artikel Mas Amir yang inspiratif. Sukses untuk lombanya. Sal hangat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas, karena yang alami itu lebih sehat. Salam hangat :)

      Hapus
  8. ini untuk lomba atau apa ya? kok kayaknya banyak yang nulis tentang kampung berseri astra?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lomba Astra Mas, DL 31 Desember kemaren, emang Masnya belum tau ?

      Hapus
  9. Ya ampun seger banget ya mas klo amin ke sana. udah gitu bisa belajar banyak. Mulai dari pembibitan hingga pengolahan sampah

    BalasHapus
  10. Wah, keren artikelnya Mas Amir. Moga-moga menang mobil ya Mas, biar nanti bisa diajak jalan-jalan sambil menularkan kesuksesannya. Aamiin ya Rabb.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin amin amin ya rabbal 'alamin. Terimakasih Mas, sukses juga buat Masnya :)

      Hapus
  11. Yang menarik buat saya adalah dibikin jadi kerajinan tangan dari bungkus kopi itu. Saya baru tahu. Di Jakarta belum pernah nemu, sih. O iya, sukses buat lombanya, Mas. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, jadi bisa mengurangi limbah yang ada. Terimakasi Mas Yoga :)

      Hapus
  12. Wah KBA yang mas Amir kunjungi sama dengan saya yang kunjungi, tepatnya sama2 memiliki title PROKLIM. Keren sangat memang Astra ini, supportnya terhadap pengembangan kampung2 di Indonesia begitu nyata terasa ... Semoga makin banyak KBA-KBA yang lainnya bermunculan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas, Proklim Langgongsari Banyumas. Astra memang sedang gencar gencarnya mencari kampung kampung untuk di kembangkan ke arah yang lebih baik

      Hapus
  13. Menarik Mas, saya tiap tahun selalu lewat daerah ini jika mudik........kalau semua desa sekreatif ini, mungkin negara kita udah bisa jadi negara maju ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pasti, karena program pengelolaan lingkungan seperti ini dapat meminimalisir pemanasan global

      Hapus
  14. Memang beda jika sebuah tulisan sumbernya dari turun langsung ke lapangan, bisa ga kerasa nulis tahu2 udah nyampai ribuan kata aja. Belum lagi hasil dokumentasinya pastilah cukup banyak, sampai bingung mau masukin yang mana. Oh iya, hasil dokumentasi via video belum ada ya Bang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betl sekali. Tulisan yang kita buat juga lebih akurat karena lebih mengetahui kondisi di lapangan. Untuk videonya saya gak bikin Bang karena niatnya emang cuma ambil foto sama liputan doang

      Hapus
  15. Keren banget nih Mas Amir. Udah pernah liputan dan wawancara dengan orang yang hebat. Aku suka dengan kampung yang kreatif kayak kampung Astra ini terutama memanfaatkan bungkus kopi menjadi kerajinan tangan. Keren deh pokoknya.

    BalasHapus

Budayakan berkomentar dengan baik dan sopan :)